Thursday, December 18, 2008

Etika Mengambil Nepenthes dari Habitat Aslinya (Hutan)



Nepenthes adalah salah satu tanaman yang dilindungi negara berdasarkan undang-undang UU No.5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan PP No. 7 Tahun 1999 tentang Jenis-jenis Tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
Dari ratusan juta masyarakat Indonesia tidak banyak
yang mengetahui potensi bisnis tumbuhan ini. Hal ini tidak selamanya merugikan. Keuntungannya dengan minimnya publikasi, maka tanaman ini setidaknya mampu selamat dari neraka yang bernama eksploitasi, namun dibilang “merugikan” karena dengan ketidaktahuan masyarakat akan tumbuhan ini maka tidak terpikirkan oleh masyarakat untuk memelihara atau menyelamatkannya dari kebakaran, pembalakan, pembukaan lahan, dan konversi lahan.
Hutan Indonesia selama periode 1997-2000 mengalami laju pengurangan mencapai angka sekitar 2,84 juta ha/tahun atau sekitar 8,5 juta ha selama tiga tahun. Rekalkulasi penutupan lahan di Indonesia pada tahun 2005 yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan menunjukkan adanya peningkatan persentase pen
utupan lahan berhutan di Indonesia, tetapi penutupan tersebut tidak terjadi di Pulau Sumatera dan Kalimantan (Anonimus, 2005).
Artinya, lahan berhutan di Pulau Sumatera mengalami penurunan setiap tahunnya. Tentu saja kondisi hutan yang seperti ini turut mengancam keberadaan flora dan fauna yang ada di dalamnya.
Penulis secara pribadi mendukung masyarakat yang mau memelihara Nepenthes dengan mengambil langsung dari hutan dengan alasan hutan yang sedang terancam. Namun apabila hutan tersebut terbilang aman, tetap boleh membudidayakannya dengan cara mengambil bijinya. Dari setangkai biji nepenthes anda akan memiliki ratusan atau bahkan ribuan batang nepenthes jika berhasil menyemainya. Namun apabila bijinya sulit ditemui, silahkan ambil batangnya untuk di stek. Eit, tunggu dulu. Jangan asal tebas ya… Untung pengambilan batang Mohon diperhatikan langkan berik
ut:

1. Carilah nepenthes yang dalam satu rumpun mempunyai banyak batang. Sisakan sekurang-kurangnya 2 batang.
2. Pilih batang yang sehat, ciri- cirinya batang sebesar kelingking atau jari telunjuk. Kalau diambil batang yang sebesar lidi maka na
nti tunas yang akan keluar ketika di stek juga kecil dan kurang kuat.
3. Pilih yang sudah tua, minimum batang sudah memiliki batang sepanjag 2 meter. Panjang nepenthes bis mencapai 18 meter lho. Sepintas seperti rotan, menjalar kemana-mana. Makin panjang batang makin banyak pula stek yang anda dapatkan. Selain itu, batang yang sudah tua logikanya ajalnya tak lama lagi.
4. Potonglah batang Nepenthes minimal 30 cm dari permukaan tanah. Ini sangat penting karena nanti akan tumbuh tunas-tunas baru. Yang insya-Allah dapat anda ambil lagi tahun depan. Untuk tips stek akan saya bahas di lain judul.
Jika anda mengambil batan
g nepenthes dengan benar dari hutan anda akan merasakan seolah seolah nepenthes tadi berterimakasih pada anda. Percayalah. Sebalinya jika anda mengambil nepenthes dengan akar-akarnya tanpa alasan di atas anda akan merasakan bersalah.
Pengambilan nepenthes dengan akarnya hampir tidak ada untungnya bagi anda. kenapa? Ini bukan menakut-nakuti loh, ini pengalaman pribadi:
1. Kantong Nepenthes akan layu bahkan bisa mati karena stress
2. Apabila nepenthes hasil ca
butan hidup-pun, biasanya tidak mau mengeluarkan kantong. Padahal kantong pada nepenthes adalah letak keindahan tumbuhan ini. Dan andapun terbebani tetap harus bertanggung jawab menyirami setiap hari tanpa membuahkan hasil yang anda inginkan!

Keterangan Gambar:
1. Nepenthes Ampullaria masih di Habitat Aslinya (yang tersisa dari pembukaan lahan)
2. Setelah di tanam di pot (cantik kan?)
3. Nepenthes mulai terlihat stress dalam dua minggu. 60 persen kantong mengering/layu dalam 30 hari.
4. Meskipun tetap hidup dan tumbuh daun baru namun tak mau mengeluarkan kantong.

So think smart.

0 comments:

Post a Comment